Menag: Petugas Haji Adalah Orang-Orang Pilihan
By Admin
nusakini.com--Petugas haji atau Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH) pada hakekatnya adalah orang-orang pilihan. Negara telah memilih kita melalui pemerintah, dan memberikan amanah serta kepercayaan sebagai petugas haji.
“Saya meyakini dan mengimani betul, bahwa tidak ada kejadian yang serba kebetulan, karena takdir Allah Swt itu selalu baik bagi kita kalau kita berbaiksangka (husnudzan) kepadaNya. Jadi kalau kita memiliki perspektif husnudzan, maka segala takdir Tuhan itu adalah positif dan baik bagi kita. Saya meyakini betul, kita yang mendapatkan amanah dari negara hakekatnya adalah kehendak Allah Swt. Jadi betapa mulianya kita sesungguhnya,kita mendapatkan kehormatan dipercaya, tidak hanya oleh negara tapi oleh Allah Swt untuk melayani tamu-tamuNya,” demikian disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan arahan sekaligus membuka acara Pembekalan PPIH Arab Saudi Tahun 1437H/2016M di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Selasa (14/6) malam.
Hadir dalam acara tersebut, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher, Sekjen Kementerian Kesehatan Untung Suseno Sutarjo, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Djamil, Pejabat Eselon II Ditjen PHU, Komisioner Komite Pengawas Haji Indonesia (KPHI), unsur pimpinan dari TNI dan Polri dan Pgs Kapinmas Syafrizal. Tampak mendampingi Menag, Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kemenag Ibu Trisna Willy Lukman Hakim.
Menag mengajak seluruh petugas, tidak terkecuali dirinya yang diberi amanah Presiden untuk menjadi Amirul Hajj, sehingga statusnya sama sebagai petugas, bagaimana mensyukuri kehormatan yang luar biasa ini, kepercayaan, amanah yang kita mendapatkannya untuk dilaksanakan dan dijalani sebaik-baiknya.
Selain mendapatkan kehormatan dan kepercayaan itu, Menag menyampaikan setidaknya lima hal lain yang didapatkan petugas haji, dan menurutnya ini sungguh luar biasa karena tidak semua orang mendapatkannya, karena hanya 826 orang terpilih menjadi petugas non kloter ini. Pertama, mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Pengetahuan bagaimana memenej 168.800 jamaah haji, jamaah haji terbesar dari 1 negara.
“Kita mendapatkan ilmu itu, bagaimana mengatur. Kita tidak hanya belajar teori, kita akan mempraktekkan bagaimana mengelola jamaah terbesar di dunia dengan berbagai kompleksitas yang menyertainya,” ucap Menag.
Kedua, mendapatkan pengalaman. Ketiga, mendapatkan kesempatan beribadah. Ibadah tentu dalam maknanya yang luas, tidak hanya sekedar menjalani prosesi haji, tapi ibadah dalam makna luas, yaitu melayani tamu-tamu Allah. Memberikan pembinaan, pelayanan dan juga perlindungan yang tiga hal ini menjadi fungsi utama yang harus disandang petugas haji.
“Kita harus mensyukuri kesempatan itu, sesuatu hal yang saudara-saudara sebangsa dan agama di tanah air, yang harus mengantri belasan bahkan puluhan tahun untuk berkesempatan haji dengan biaya yang tidak murah,” ujarnya.
Keempat, selain pengetahuan, pengalaman serta kesempatan secara luas, sebagai petugas akan mendapatkan apresiasi atau honor. Dan kelima, ujar Menag ini tidak kalah pentingnya, kita pada akhirnya akan mendapatkan kemuliaan itu, sejauh seluruh nawaitu dan motivasi kita dalam menjalani kepercayaan ini semata-mata dilandasi oleh keikhlasan, karena kita sedang dan akan menjalani ibadah.
“Ibadah dalam maknanya tidak semata ibadah mahdoh, tapi juga ibadah yang lebih luas sebagai PPIH,” ucap Menag.
Pembekalan ini, sebagaimana disampaikan Dirjen PHU Abdul Djamil, diikuti oleh 826 petugas non kloter yang terdiri dari 520 orang dari Kementerian Agama dan 306 dari Kementerian Kesehatan yang direkrut berdasarkan tes dan pengalaman yang telah diperlihatkan ketika menjadi petugas tahun sebelumnya. Petugas karena profesionalismenya yang direkrut dari lembaga pendidikan tata boga yang berperan mempersiapkan katering selama di Arab Saudi dengan melakukan pengawasan, ketepatan waktu, konsistensi rasa dan gizi yang disediakan perusahaan katering.
Selain itu, tambah Djamil, tahun ini ada penambahan petugas dari unsur TNI dan Polri yang bertugas melayani jamaah, terlebih tahun ini suhu panas di Arab Saudi cukup tinggi hingga mencapai 50 derajat celcius. Pembekalan ini, terang Djamil, menggunakan pola Training Based Competency, sehingga dengan materi yang akan disampaikan, seluruh petugas diharapkan dapat menjalankan tugas sebaik-baiknya. (p/ab)